Judul : POLITIK Melayu
Penulis : Abdul Kadir Ibrahim
Pengantar : Jamal D.Rahman, Muchi Al Bintani
ISBN : 978-602-1173-58-9
Tahun Terbit : 2021
Ukuran : 14 x 21 cm
Jumlah Halaman : xxviii + 228 hal
Harga : Contact Seller
Diskon : –
Contact Seller : +62 853-7449-1714
SEKAPUR SIRIH PENULIS
Alhamdulillah. Buku saya yang pernah terbit sekira tujuh tahun lalu, tahun ini dapat diterbitkan lagi. Selawat dan salam untuk junjungan alam Nabi Muhammad SAW., beserta keluarga dan para sahabatnya. Subhanallah. Karena ini semua terjadi, bukan atas kemampuan saya, melainkan sepenuhnya adalah rahmat dan berkah yang tiada terkira dari Tuhan, Allah SWT.
Buku Politik Melayu sebenarnya adalah dari sekumpulan makalah saya sewaktu menjadi Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik, Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat (Kesbangpol Linpenmas). Ini terjadi ketika di suatu tempat saya berbincangbincang dengan Agus R Sarjono dan Jamal D Rahman, bahwa saya tahun 2013 beropsesi dan telah berazam untuk menerbitkan buku tujuh judul dalam “bahasan/hal” berbeda. Seketika, saya jelaskan seingat saya beberapa makalah yang sudah pernah saya bentangkan di tengah seminar, lokakarya dan pendidikan dan pelatihan.
Seketika itu pula, Politik Melayu menjadi pilihan untuk jadi judul buku dimaksud. Dalam terbitan/cetakan kedua ini, saya tidak melakukan perubahan—sesuai dengan cetak/ terbit pada tahun 2013 itu. Meskipun secara UU berkenaan dengan politik dan pemerintahan sudah banyak yang berubah, begitu juga hal lainnya. Tapi setelah saya baca ulang, tidak perlu saya ubah. Itulah hasil dokomentasi, rekaman, atau “suatu kenyataan” ketika itu dan masih relevan dengan masa kini dan bisa saja bertahun mendatang.
Terbitan/ cetakan kedua ini bermula ketika saya sedang mempersiapkan sebuah buku dari khazanah tradisi lisan di kampung saya, Kelarik Ulu, Bunguran Utara, Kabupaten Natuna— yang saya dapati dari ibunda Hj. Hotidjah dan ayahanda H. Ibrahim ketika beliau masih hidup. Ibunda saya menyebutnya sebagai “penerang hati” dan saya mencoba menterjemahkannya, dan memberi nama “suluh hati”. Malahan Prof. Dr. Maman S Mahayana (2018) menyarankan agar diberi nama “Suluh Budi”. Saya memang lagi serius untuk menyiapkan buku itu dengan segala uraian, penjelasan, maksud dan tujuan serta manfaatnya. Sejak tahun 2014 ini sudah saya mulai, tetapi dengan berbagai kesibukan buku dimakasud belum juga ujud. Contoh “Suluh Hati” antara lain: “Tengkok orang menempati rumah baru/ Rumah awak sendiri yang dibiarkan bersemak”. “Tengkok orang terpelorot kain/ Awak sendiri yang terpikik”. “Tengok orang rajin menuntut ilmu/ Awak sendiri merasa lebih tahu”.
Buku Politik Melayu ini saya terbit ulang, sebagai secerbis pemikiran untuk memberi kesadaran politik yang tidak “memantik” dan penuh simpatik. Dengan harapan pula, dapat memberikan tambahan literasi bagi “perpustakaan baca kita” masing-masing, sehingga tradisi tulis dan membaca yang sedemikian diagungkan di Kepulauan Riau ini, tetap dipandang oleh siapa pun memang demikianlah adanya.
Pada akhirnya, saya ingin menyampaikan kembali ucapan terimakasih kepada Muchid Al Bintani, yang kini sudah Doktor dan begitu juga Jamal D Rahman, yang sudah memberi pengantar buku “sederhana” ini. Semoga intelektual berdua ini senentiasa produktif dalam dunia literasi, tulis-menulis dan tetap memberi “ilmu” pendidikan yang terbaik kepada mahasiswa mereka di masing-masing tempat keduaya menjadi dosen.
Selanjutnya, kepada Milaz Grafika saya ucapkan terimakasih yang sudah menerbitkan lagi buku ini. Sejalan itu, kepada semua pihak—yang tentulah terdapat kekurangan dan kelemahan di sana sini, karena saya memang bukan alumni “sekolah politik”, ataupun politikus, tetapi pernah “bersentuhan” dengan politik—mohon maaf yang sedalam-dalamnya.
Kampungku terkenal bernama kelarik
Ramai pendatang mengadu nasib
Ayolah kita meramaikan politik
Berbuat baik tidak membuka aib
Semoga buku ini ada faedah dan manfaatnya bagi para pembaca dan kita semua. Hanya Firman Allah dan Sabda Rasulullah Yang Maha Benar. Pendapat dan pemikiran manusia, lebih banyak salah dan kelirunya. Justru itu, saya mohon maaf. Sekian dan terimakasih.
Tanjungpinang, Januari 2021
Penulis,
Abdul Kadir Ibrahim